Nama Islam
Nama adalah cerminan harapan Orang tua. Setiap Muslim dianjurkan untuk memberi nama anaknya dengan nama yang Islami yang baik, indah dan mengandung makna yang mulia. Seorang Anak berhak memperoleh nama yang baik. Seorang sahabat datang kepada Rasulullah saw dengan menggandeng anaknya, lalu dia bertanya : "Ya, Rasulullah, apa hak anakku ini atasku ?...,Rasulullah menjawab, Membaguskan namanya, memperbaiki adabnya (sopan santun) dan menempatkannya pada kedudukan (posisi) yang baik (fisik dan spiritual)" (H.R. Aththusi).
Adakah kaitan nama dengan sifat orangnya ? , pertanyaan yang sulit dijawab dan dibuktikan secara ilmiah dan kenyataan. Ada kalanya seseorang yang bernama Muhammad Shaleh ternyata adalah seorang penjahat ulung, atau sebaliknya. Al Imam Ibnu Qoyyim Aljauziyah berpendapat bahwa antara nama dengan sifat orangnya ada kaitan dalam makna dan hikmah. Setidaknya nama dapat menimbulkan sugesti (pengaruh yang dapat mengerakkan hati) dan sifat optimisme (memberi harapan yang baik). Ketika Rasulullah saw bertemu dengan ketua tim perunding dalam perjanjian damai Hudaibiyah (Sulhul Hudaibiyyah), Suhail (yang berarti mudah), maka Rasulullah merasa optimis bahwa persetujuan itu akan tercapai. Kisah Ayah Imam Syafii Mencari Rizki yang Halal Kisah Ayah Imam Syafii Mencari Rizki yang Halal Seorang pemuda bernama Idris berjalan menyusuri sungai. Tiba-tiba ia melihat buah delima yang hanyut terbawa air. Ia ambil buah itu dan tanpa pikir panjang langsung memakannya. Ketika Idris sudah menghabiskan setengah buah delima itu, baru terpikir olehnya, apakah yang dimakannya itu halal? Buah delima yang dimakan itu bukan miliknya. Idris berhenti makan. Ia kemudian berjalan ke arah yang berlawanan dengan aliran sungai, mencari dimana ada pohon delima. Sampailah ia di bawah pohon delima yang lebat buahnya, persis di pinggir sungai. Dia yakin, buah yang dimakannya jatuh dari pohon ini. Idris lantas mencari tahu siapa pemilik pohon delima itu, dan bertemulah dia dengan sang pemilik, seorang lelaki setengah baya. “Saya telah memakan buah delima anda. Apakah ini halal buat saya? Apakah anda mengihlaskannya?” kata Idris. Orang tua itu, terdiam sebentar, lalu menatap tajam. “Tidak bisa semudah itu. Kamu harus bekerja menjaga dan membersihkan kebun saya selama sebulan tanpa gaji,” katanya kepada Idris. Demi memelihara perutnya dari makanan yang tidak halal, Idris pun langsung menyanggupinya. Sebulan berlalu begitu saja. Idris kemudian menemui pemilik kebun. “Tuan, saya sudah menjaga dan membersihkan kebun anda selama sebulan. Apakah tuan sudah menghalalkan delima yang sudah saya makan?” “Tidak bisa, ada satu syarat lagi. Kamu harus menikahi putri saya; Seorang gadis buta, tuli, bisu dan lumpuh.” Idris terdiam. Tapi dia harus memenuhi persyaratan itu. Idris pun dinikahkan dengan gadis yang disebutkan. Pemilik menikahkan sendiri anak gadisnya dengan disaksikan beberapa orang, tanpa perantara penghulu. Setelah akad nikah berlangsung, tuan pemilik kebun memerintahkan Idris menemui putrinya di kamarnya. Ternyata, bukan gadis buta, tulis, bisu dan lumpuh yang ditemui, namun seorang gadis cantik yang nyaris sempurna. Namanya Ruqoyyah. Sang pemilik kebun tidak rela melepas Idris begitu saja; Seorang pemuda yang jujur dan menjaga diri dari makanan yang tidak halal. Ia ambil Idris sebagai menantu, yang kelak memberinya cucu bernama Syafi’i, seorang ulama besar, guru dan panutan bagi jutaan kaum muslimin di duni
|